Aku ingin selalu bersyukur.
Bersyukur untuk susah,senang,sedih,apapun.
Bersyukurku belum dapat menghilangkan iriku.
Aku masih iri. Iri ke teman,ke orang gak dikenal, yang kulihat lebih dari aku. Lebih baik, lebih pintar, lebih bahagia, lebih berkecukupan, lebih bersyukur.
Yang artinya,bersyukurku masih belum 'benar-benar' bersyukur.
Hah. Aku ingin aku gak terpengaruh. Benar-benar aku.
Bersyukurku, aku berusaha mencoba, namun masih susah menghilangkan iri. Aku capek, aku gamau karena lihat orang yang sebenarnya lebih dari aku, tapi aku merasa dia gak ada apa apanya dari aku. Aku merasa capek untuk itu. Aku ingin aku rendah hati, aku ingin menghilangkan rasa sombongku karena iriku ini. Ya Allah-ku. Rabb-ku.
Dan,
Dan karena itu, aku harus lebih menghargai orang lain. Aku ingin sekali. Agar mereka juga menghargaiku, aku ingin sikap tercelaku selama ini paling tidak berkurang. Agar aku lebih menjadi manusia yang mandiri. Agar aku, ketika bertemu orang dapat tersenyum tulus. Dan merasa tidak ada orang yang sedang mempengaruhiku apalagi memperhatikanku.
Aku ingin apa yang aku lakukan-apapun itu- murni dari aku. Dari apa yang aku maukan, bukan dari orang yang lain yang agar aku terlihat baik didepannya. Oh, itu sungguh munafik. Dan aku gamau termasuk ke dalam orang orang yang munafik.
Aku dan apapun yang aku lakukan ingin dapat diterima oleh orang banyak. Aku dan ucapanku ingin tidak menyakiti hati orang lain. Aku dan raut wajahku ingin agar orang lain tidak merasa tersinggung. Aku ingin selalu terlihat tersenyum disaat aku tidak tersenyum. Tentu bukan tersenyum yang seperti orang gila.
Aku ingin sekali mengenyahkan perasaan ingin-bagus-didepan orang banyak. Aku ingin menjadi diri sendiri. Yang dapat menerima kritik orang lain dan sarannya.
Aku merasa bodoh. Aku merasa egois.
Aku mau aku tulus. Bukan hanya terlihat tulus.
Aku mau aku gak cepat bangga dengan apa yang kulalukan.
Aku merasa aneh dengan diriku sendiri, dan aku takut. Takut denfan keegoisanku, kebesar kepalaanku, kepalsuanku. Sungguh aku ingin menjadi orang yang lebih baik. Teruntuk diriku sendiriku dulu. Biar keluargaku nanti, biar orang lain nanti.
Allah-ku. Rabb-ku.
Aku sangat merasa palsu akan diri sendiri. Aku malu untuk itu.
Ya ampun.
-Ditulis dengan penuh pikiran di kepala. Dengan penuh nyamuk yang menggigiti tangan. Dan dengan penuh kekesalan dengan diri sendiri.
3 Januari '17.
20.09 p.m